Kritik Puisi "Malu Aku Jadi Orang Indonesia"

 Puisi berjudul "Malu Aku Jadi Orang Indonesia" adalah gambaran sang penulis mengenai bagaimana keadaan negara kita, negara Indonesia secara nyata. Suatu keadaan yang porak-poranda dihantam oleh sebuah kata yang mampu menghancurkan segalanya, yakni Uang. 

Dalam dunia nyata ini tak ada satupun hal yang tak bisa dibeli dengan uang. Uang sangatlah segalanya, tak ada kebahagiaan bergejolak tanpa adanya uang. Dalam puisi tersebut sang penulis benar-benar menampar para pemimpin yang ada ni negara kita dengan harapan agar semua segera tersadarkan dari kefanaan dunia yang mereka buat. Dalam dunia politik uang adalah raja yang mampu mengendalikan tahta para pengikut-pengikutnya, dalam dunia pendidikan, ekonomi dan bahkan hukum uang sangatlah menentukan nasib orang-orang yang menganutnya. Saat ini tidak ada hukum yang benar" berdiri tegak, semua dapat ditaklukkan oleh uang. Hukum hanya menjadi angin yang dapat membawa keadilan sesaat lalu lenyap. 

Pemimpin-pemimpin ni negara kita saat ini sangatlah enggan memikirkan nasib rakyat. Rakyat membutuhkan pemimpin agar mereka dapat didengar, dilihat dan diperhatikan, bukan malah dijajah habis-habisan. Kini semua milik rakyat habis direnggut. Sawah, rumah dan bahkan pasar-pasar tradisional pun kini tiada. Saat ini yang tegak berdiri kokoh adalah perumahan, hotel, mall dan bangunan-bangunan yang tinggi menjulang. Masih bayak terjadi perselisihan, pembunuhan dan penyiksaan rakyat yang masih berjalan dimana-mana. Tak ada kata akhlakul karimah antar sesama. Lalu dimana fungsi keadilan dan jiwa kepemimpinan yang sebenarnya ? Negara kita masih ricuh, saling tikung menikung antarsesama bahkan setelah negara ini merdeka. 

Komentar