Kritik esai "Tahi Lalat"

 Tahi lalat bukanlah simbol alami untuk menunjukkan suatu peristiwa, hal atau ciptaan alamiah yang diberikan Tuhan. Pada cerpen ini tahi lalat menunjukkan bagaimana tingkah para pemimpin terhadap rakyatnya. Tahi lalat di dada pak lurah menggambarkan aib, gerak-gerik, lakon dan strategi pemimpin dalam menaklukkan rakyatnya. Entah strategi posotif atau sebaliknya. Mengapa sang istri yang menjadi pijakan, karena dalam suatu rumah tangga istri juga berperan besar dalam mengambil suatu keputusan. Istri juga wajib menyimpan segala ancang-ancang suami, termasuk aib yang dialaminya. Dalam suatu kepemimpinan ketua sangat berperan tinggi dalam mengambil suatu keputusan. Maka dari itu perlu pengunci handal yang mampu memegang segala siasat yang telah diaturnya. 

Cerpen tersebut menarik karena menggunakan tokoh lurah dalam penyampaian pesannya. Lurah bagi masyarakat adalah tokoh yang dijadikan pemimpin, penutan dan tempat berkwluh kesahnya kehidupan. Dengan adanya lurah warga sangat berharap jika keluh kesah mereka didengar, dan ditolong, bukan malah dianggap sebagai angin lewat, bahkan sebagai bisikan setan belaka. Dari cerita tersebut kita bisa mengambil pelajaran janganlah mengumbar aib, membicarakan kejelekan orang lain dan bahkan sampai kejelekan tersebut menjadi buah tangan yang tak terlupakan. Jadikanlah keburukan, kesalahan, kekurangan sebagai acuan, tangga, jembatan, pijakan untuk maju. Jika kita salah maka lapangkan hati dan telinga untuk mendengar berbagai nasehat yang membara. Ambillah sisi positif dalam kehidupan ini, agar kelak kau akan memetik hasil yang abadi. Jadilah pemimpin yang dapat menjadi anutan, yang memberikan kebahagiaan sebagai ladang mencari sangu di hari pengekalan. Seorang pemimpin yang baik adalah dia yang mampu memimpin dirinya sendiri dan mereka yang setia menganutnya. 

Komentar