Boneka penjilat kebahagiaan rakyat

Negara kita adalah negara yang sangat luas, dikelilingi oleh banyaknya lautan dan daratan yang melintang. Membuat banyaknya keragaman yang tercipta. Salah satunya adalah kerajaan. Kerajaan yang dulu hadir sebelum negara kita merdeka, yang memiliki berbagai keanekaragaman, cerita dan hikmah didalamnya. 

Sebuah kerajaan akan terasa tentram, nyaman dan bahagia jika pemimpinnya berlaku adil, bijaksana dan tegas terhadap para rakyat yang dicintainya. Tiada penguasa jika tanpa kehadiran para rakyat. Begitupun sebuah negara jika di dalamnya terdapat sang pemimpin yang adil, baik, bijaksana, arif dan amanah maka akan sejahtera negara yang dipimpinnya. 

Penguasa sebuah kerajaan atau negara adalah sosok yang dipilih oleh rakyat dengan tujuan untuk memperbaiki nasib rakyat dan memberikan ketentraman bagi mereka. Sangat besar terasa jasa rakyat bagi para penguasa. Namun penguasa saat ini sangat jauh dari kata amanah dan baik hati, seperti yang diharapkan rakyat kecil. Penguasa atau pemimpin saat ini lebih menyibukkan dirinya dalam menguras harta rakyat. Banyak cara yang ia siapkan dalam merenggut harta rakyat. Rakyat diperlakukan bagai boneka tak bernyawa. Tak bisa berkata dan berbuat apa-apa atas perlakuan yang lebih berkuasa. Pemimpin saat ini hanya berlagak manis di depan rakyat hanya untuk menarik simpati dan dukungan rakyat, namun di belakang mereka berlomba untuk menjatuhkan kebahagiaan dan harga diri rakyat jelata. Bukan hanya harta yang mereka incar, namun kehormatan tertinggi rakyat juga jadi pelampiasan. Tak ada rakyat yang membawa manfaat bagi sang penguasa. 

Penguasa zaman sekarang lebih senang menyibukkan diri dengan hal-hal yang membawa kenikmatan duniawi, katimbang memikirkan bagaimana nasib rakyat yang menangis meronta-ronta mengejar keadilan. Banyak tikus-tikus bernyawa yang hidup di sekitar rakyat, yang bertugas mengawasi ambisi rakyat dalam merevolusi kepemimpinan. Para penguasa lupa akan janji dan sumpah manis yang pernah terucap. Semua itu bak sampah yang harus segera sirna dari penglihatan. Adakah pemimpin yang jeli, peka dan mengerti akan kerisauan-kerisauan yang tengah terjadi ? Padahal besar harapan rakyat memilih mereka agar mampu memercikkan kebahagiaan yang terkenang. 


Puisi yang berjudul "Dursasana" karya Shoim Anwar ini memiliki banyak kelebihan dalam penyampaiannya. Seperti banyaknya penggunaan majas yang berfungsi untuk mempertegas, memperindah suatu karya yang dibuat. Seperti pada kalimat "menggelayuti tubuh negara", "yang telanjang menggurita", "menjadi penjilat pantat yang paling setia". Kalimat-kalimat tersebut mempertegas akan sifat para penguasa yang saat ini hadir di tengah masyarakat. Banyak cara, sifat dan perilaku yang jauh dari janji manis yang pernah terucap. Puisi tersebut sangat mewakilkan isi hati rakyat yang selama ini menangis, meronta-ronta menuntut keadilan, kebahagiaan, dan keamanahan para pemimpin yang hanya menjadi angin lalu. 

Komentar